Welcome to "Belajar Asyik" Blog Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dua nikmat, yang manusia banyak tertipu dengannya : nikmat sehat dan waktu luang" (hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)

Rabu, 24 September 2014

MAKALAH HAKEKAT MIPA


MAKALAH HAKEKAT MIPA











PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014

KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hakikat MIPA”. Makalah ini berisi tentang Hakikat Matematika, Hakikat IPA dan Nilai-Nilai IPA.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dra. Jufrida, M.Si sebagai Dosen Pengampu yang telah bersedia memberikan waktunya, perhatiannya, serta bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena terbatasnya ilmu yang  dimiliki, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami di masa yang akan datang. Akhirnya, Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih serta manfaat bagi kita semua.



Jambi, 18 September 2014

Penulis

                                                         DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................          i
DAFTAR ISI..........................................................................................         ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang............................................................................         1
1.2    Rumusan Masalah........................................................................         1
1.3    Tujuan Penulisan..........................................................................         1
1.4    Manfaat Penulisan.......................................................................         1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Matematika.....................................................................         2
2.1.1 Pengertian Matematika........................................................         2
2.1.2 Matematika adalah ilmu tentang struktur............................         3
2.1.3 Matematika adalah ilmu deduktif........................................         4
2.1.4 Peranan Matematika terhadap Ilmu Pengetahuan Alam......         5
2.2 Hakikat IPA.................................................................................         7
2.2.1 Pengertian IPA....................................................................         7
2.2.2 Bagian Hakikat IPA............................................................         8
2.3Nilai-Nilai IPA..............................................................................        11
2.3.1 Nilai-Nilai Sosial dari IPA...................................................        11
2.3.2 Nilai Psikologis/Paedagogis IPA.........................................        12
2.3.3 Nilai-Nilai Guna...................................................................        13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................        17
3.2 Saran.............................................................................................        17
DAFTAR PUSTAKA
  


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kebanyakan para pelajar beranggapan bahwa  matematika adalah ilmu yang memusingkan merumitkan, dan menyulitkan. khususnya dengan matematika yang berhubungan dengan IPA. Sebagaimana kebanyakan para pelajar mengartikan bahwa matematika adalah ilmu hitung menghitung yang hanya berhubungan dengan angka, sementara IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sekitar dan mahluk hidup, yang kebanyakan dipenuhi dengan rumus-rumus. Jadi, bagaimana bisa ada keterkaitan antara kedua ilmu tersebut. 
Dari permasalahan itulah yang melatarbelakangi penulis menmbuat makalah ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hakikat Matematika?
2.      Apa yang dimaksud dengan Hakikat IPA?
3.      Jelaskan nilai-nilai IPA?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan Hakikat Matematika.
2.      Menjelaskan Hakikat IPA.
3.      Menjelaskan nilai-nilai IPA.

1.4  Manfaat Penulisan
1.      Dapat mengetahui penjelasan tentang hakikat Matematika.
2.      Dapat mengetahui penjelasan tentang hakikat IPA.
3.      Dapat mengetahui tentang nilai-nilai IPA.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Hakikat Matematika
2.2.1     Pengertian Matematika
·            James dan James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak.
·            Kline (1973)
Mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
·            Johnson dan Rising (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
·            Reys dkk (1984)
Mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
·            Andi Hakim Nasution (1980)
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, yaitu asal kata dari “mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungannya dengan bahasa Sansekerta, yaitu kata “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “pengetahuan” atau “intelegensi
·            Roy Hollands
Matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.

2.2.2     Matematika adalah ilmu tentang struktur
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma / postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep amtematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsepyang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Struktur matematika adalah sebagai berikut:
a.          Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
b.         Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan.
Misal : Sudut, Persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana, bilangan ganjil, pecahan decimal, FPB dan KPK dll.

2.2.3     Matematika adalah ilmu deduktif
Matematika disebut ilmu deduktif, karena baik materi maupun metoda pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metoda pencarian kebenaran yang dipakai dalam matematika adalah metoda deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun, dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya digeneralisasi yang benar untuk semua keadaan harus dibuktikan secara deduktif. Ini berarti bahwa matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Namun demikian untuk membantu pemikiran serta untuk mencari kebenaran bisa dimulai dengan cara induktif dan selanjutnya generalisasi yang benar harus bisa dibuktikan secara deduktif.
 Sebagai contoh suatu generalisasi atau dalil yang berbunyi “jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap”. Misalkan kita ambil beberapa buah bilangan ganjil 1, 3, 5, dan 7, kemudian dijumlahkan. Akan terlihat jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika tidak dibenarkan membuat generalisasi atau membuktikan dalil dengan cara demikian. Walaupun kita telah menunjukan sifat itu dengan mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi, tetap kita tidak dibenarkan menyimpulkan demikian. Pembuktian deduktif mengenai hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut. Misalkan m dan n adalah dua buah sebarang bilangan bulat positif, maka 2m + 1 dan 2n + 1 tentunya merupakan dua buah bilangan ganjil. Jika dijumlahkan maka diperoleh bentuk 2(m + n + 1). Karena m dan n bilangan bulat positif maka (m + n + 1) bilangan bulat positif juga, sehingga   2(m + n + 1) adalah bilangan genap. Jadi terbukti bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
 Lebih lanjut menurut Herman Hudoyo (1990 : 4) secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, direpresentasikan  dengan symbol yang  padat dan memiliki arti. Matematika dalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada  unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
 Berdasarkan pernyataan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Dalam hal ini dapat dikatakan matematika sebagai ilmu terstruktur. Konsep matematika tersusun secara herarkis, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang sederhana. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur tersebut.

2.2.4     Peranan Matematika terhadap Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun sebelum masehi. Tulisan itu pada hakikatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung, pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung. Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah bertambah karena beranak.
Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
Adapaun ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam Ilmu Pengetahuan Alam, antara lain:
1.         Pythagoras mengadakan perhitungan terhadap benda-benda berbentuk segi banyak.
2.         Apollonius mengadakan perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan jarak predaran yang berbentuk elips dari planet-planet.
3.         Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hokum lintasan peluru , gerak dan percepatan.
4.         Huygnes (1695) dapat memecahkan teka-teki adanya Cincin Saturnus, perhitungan tentang kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara (pada masa itu orang beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar).
Ini semua adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.

2.2    Hakikat IPA
2.2.1   Pengertian IPA
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produkIPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.
Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip, hukum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan.
Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu dengan melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi,membandingkan, menyimpulkan,  merumuskan hipotesis,  melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.
hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang (T. Sarkim, 1998:134)

2.2.2   Bagian Hakikat IPA
Didalam pembagian hakikat IPA dibagi menjadi tiga, diantaranya :
1.         IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.


Dalam hakikat IPA dikenal dengan istilah :
           Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif atau bisa disebut sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya. Misal : Air membeku dalam suhu 0C.
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif.
Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
           Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya. Misal : Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya.
           Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative ( belum pasti ). Misal : udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.
           Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative, tetapi karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal. Misal : Hukum kekekalan energi.
           Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal : teori meteorologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.

2.         IPA Sebagai Proses
IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan.
Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan.
(Moejiono dan Dimyati, 1992:16) Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan: Proses Dasar (Basic Skills), dan Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills).
Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi tujuh tahapan, diantaranya :
1)      Observasi/ pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra.
2)      prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
3)      Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan.
4)      Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperiman. Tahap- tahap penelitian:
         Menetapkan masalah penelitian.
         Menetapkan hipotesis penelitian.
         Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
         Menetapkan langkah- langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
5)      Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel terdiri atas tiga yaitu:
         Varibel bebas/ peubah yaitu faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
         Variabel terikat yaitu faktor yang dipengaruhi.
         Variabel kontrol yaitu variabel yang dibuat tetap.
6)      Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
7)      Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan.

3.         IPA Sebagai Sikap Ilmiah
Maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dan dalam memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah.

2.3  Nilai-Nilai IPA
2.3.1  Nilai-Nilai Sosial dari IPA
1.         Nilai etik dan estetika dari IPA
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi. Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang objektif’ pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur.

2.         Nilai moral atau humaniora dari IPA
Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu sendiri adalah ‘suci’, yang tidak suci itu ialah manusianya.

3.         Nilai Ekonomi dari IPA
Seorang ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian. Katakanlah ia menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. lain daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat meningkatkan harga diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti temuannya itu dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.

2.3.2     Nilai-Nilai Psikologis/Paedagogis IPA
1.         Sikap mencintai kebenaran
2.         Sikap tidak purbasangka
3.         Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
4.         Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
5.         Bersikap toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain
6.         Bersikap tidak putus asa
7.         Sikap teliti dan hati-hati
8.         Sikap ‘curious’ atau ‘ingin tahu’
9.         Sikap optimis

2.3.3        Nilai-Nilai Guna
Sekalipun IPA menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan membahan nilai-nilai keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung juga nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan disini ialah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Adapun nilai-nilai IPA tersebut adalah :
1.       Nilai Praktis   
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang secara langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Penemuan listrik oleh faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan berbagai alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

2.       Nilai Intelektual
Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lain-lain.
Metode ilmiah ini telah melatih keterampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya. Kecuali itu agar pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metode ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah masalah ini akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang memberikan kepuasan seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah. Bedakanlah kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena mengalahkan lawan politiknya.

3.       Nilai-nilai Sosial-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan teknologi suatu negara, menyebabkan negara tersebut memporoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.
Prestasi-prestasi tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan teknologi memberikan rasa bangga akan bangsanya, rasa bangga akan kemampuan atau potensi nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai sosial-ekonomi-politik.
Contoh :
Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang politik.
Produk IPA dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan suatu negara. Sekalipun memiliki kemampuan IPA dan teknologi tinggi, tidak dapat menggali sumber daya alam negaranya kepada bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan teknologi memiliki nilai sosial ekonomi.
Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam kedudukan politik internasional yang menentukan.
Contoh :
ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan Apolo 11, martabat Amerika dalam percaturan politik melonjak tinggi.
ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I, martabat Rusia dimata meningkat.
Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologi tinggi, hingga banyak hasil industrinya merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.

4.       Nilai Keagamaan dari IPA
Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam akan mengurangi kepercayaan manusia kepada tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada alasan bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan. Prasangka ini tidak benar makin mendalam akan orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan Maha Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia telah berusaha untuk membaca mempelajari dan menterjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasannya ilmunya. Karena dengan keterbatasan ilmunya manusia belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dan akhir dari alam raya dengan pasti.
`                      
Contoh :
a)      Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh karena itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.
b)      dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi itu sendiri. Dengan penemuan-penemuannya, manusia makin sadarlah akan kebesaran Tuhan.
c)      dengan mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan mikroorganisme, keindahan dengan protoplasma, serta kerumitan dan teteraturan reaksi-reaksi di dalamnya, semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang sejalan dengan pandangan agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini, ilmuwan terkenal Albert Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut “ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh”.





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika dan IPA memiliki hubungan yang erat. Tanpa Matematika IPA tidak akan berkembang, begitupun sebaliknya, tanpa IPA Matematika tidak dapat dikembangkan, karena IPA merupakan salah satu perkembangan dari Ilmu Matematika.

3.2  Saran
Dalam Penulisan makalah ini, penulis mengakui masih banyak kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan bagi penulisan makalah ini kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Karso, dkk. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud.
https://id-id.facebook.com/notes/humas-unisba/peran-matematika-sebagai-ilmu-deduktif-pada-perkembangan-iptek/10150528991775895
http://sainsmatika.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://utakatikituk.blogspot.com/2013/03/hakikat-ipa-a_17.html
http://rian-priyadi.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-ipa.html