PENGUAT
GANDENGAN RC
A.
Tujuan
Praktikum
1.
Menentukan nilai βdc transistor
2.
Menyelidiki tanggapan amplitudo penguat
gandengan RC
B.
Dasar
Teori
Berbagai komponen
elektronika diciptakan oleh para ilmuwan sebagai penunjang bagi terciptanya
suatu perangkat elektronika yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Komponen-komponen tersebut dari bahan semikonduktor dengan ukuran dan fungsi
yang berbeda-beda sehingga lebih muda dalam memilih suatu fungsinya benar-benar
sesuai dengan kebutuhan.
Perancangan elektronika
merupakan sebuah pekerjaan yang semestinya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang
berkaitan dalam bidang elektro.
Gbr. Rangkaian gandengan RC |
Kemampuan sebuah
inverter dapat menyuplai tenaga listrik semuanya tegantung dari besarnya
kemampuan sebuah baterai dan jumlah beban yang akan menggunakan daya tersebut.
Rectifier-charger, pada
bagian tersebut merupakan rangkaian yang umum sering dipakai pada penyearahan
dan pengisian baterai. Namun rangkaian inilah yang menjadi titik berat sistem
inverter. Pada prinsipnya blok rectifier-charger ini akan mensuplai daya yang
dibutuhkan oleh inverter dalam kondisi terbeban penuh dan pada saat itu juga
dapat mempertahankan muatan di dalam baterai back-up. Karakteristik baterai
juga perlu diperhitungkan dalam desain rangkaian chargernya karena jika sebuah
baterai diisi ulang dengan arus yang melebihi batasan kemampuan sebuah baterai
dapat memperpendek umur baterai tersebut. Biasanya untuk arus pengisian sebuah
baterai back-up inverter ini adalah 80 persen dari kondisi arus yang
dikeluarkan oleh baterai back-up pada saat beban penuh (pada kondisi emergency,
kondisi dimana suplai tenaga konvensional terganggu) (Suyanto, 2013: 104-105).
Transistor adalah
komponen yang bekerja sebagai saklar (switch on/off) dan juga sebagai penguat
(amplifier). Transistor bipolar adalah inovasi yang menggantikan transistor
tabung (vacuum tube). Selain dimensi transistor bipolar yang relatif lebih
kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu yang
lebih dingin (Ahmad Fali Oklias, 2007: 23).
Suatu contoh penguat
dengan gandengan RC adalah penguat emitor ditanahkan seperti ditunjukkan gambar
9.1
Gambar 9.1
Penguat gandengan RC
Pada gambar 9.1 Cjc
menyatakan kapasitansi dalam transistor yang timbul pada sambungan antara basis
dan kolektor, oleh karena adaya daerah pengosongan pada sambungan p-n ini.
Kapasitansi Cje menyatakan kapasitansi yang timbul pada smabunagn p-n antara
basis dan emitor.
oleh karena pengaruh
kapasitansi yang ada pada penguat, nilai penguatan tegangan Gv berubah dengan
frekuensi. Grafik yang melukiskan bagaimana penguatan tegangan (biasanya dalam
Db) berubah dengan frekuensi (biasanya dalam skala log) disebut tanggapan amplitude
(Sutrisno, 1987:1)
Ada tiga bagaian daerah
frekuensi pada rangkaian penguat yaitu sabagai berikut :
1.
Daerah frekuensi tinggi
Untuk daerah frekuensi tinggi
reaktansi Xc= kapasitansis seri mempunyai niali yang sangat kecil degan
hambatan yang berhubungan dengan hambatan yang berhubungan dengan kapasitansi
ini. Sehinnga hal ini dapat dianggap terhubung. Sebaliknya terjadi dengan kapsitansi parale seperti CJC dan CJE.
2.
Pada frekuensi tengah
Pada frekusensi tengah, rekatansi
(XC) = masih mempunyai reaktansi terlalu besar, oleh kerena Cdg dan Cgs
mempunyai nilai dalam orde Pf (piko Farad)
3.
Daerah frekuensi rendah
Pada frekuensi rendah, reaktansi
(XC) mempunyai yang sama besar. Akibatnya kedua kapasitor ini dapat dibuat
memeberikan frekuensi patah tanggapan amplitude pada nilai frekuensi amat
rendah, seperti halnya transistor dwi kutub. Kapasitor C2 harus mempunyai nilai
besar agar frekuensi patah pada tanggapan amplitude yang disebabkan oleh CE
menjadi cukup rendah (Malvino, 1992: 98)
High frequency
performance of CE amplifier:
1.
The small –signal equivalent circuit
We now have the tools we need to
analiyze the hight-frequency performance of an amplifier circuit . we choose
the common emitter amplifier to ilustrate the techniques:
Now we use the hybrid-π equivalent for BJT and cpnstrud
the small signal equivalent circuit for the amplifier:
2.
High frequency performance
We can simply the circuit further by
using a thevenin equivalent on the input side and by using assuming the effect
of rµ to be negligible :
Note that the thevenin resistance RS=
rπ//(Rx+(Rβ//Rs))
Recognizing
that dominant high frequency pole accurs on the input side, we endeavor only
calculate phi π. Thus we ignore the effect of Cµ on the outside , calculate the
voltage gain and apply the miller effect on the input side only.
3.
The CE Amplifier Magnitude Response
Finally we can estimate
the entire bode magnitude response of an amplifier an example
Of
this plot the lower and upper 3Db frequency of the most important as the
determine the badwitch of the amplifier.
Where the letter
approximation assumes that adjacent poles are for away. We have estimate that
frequency response of only one amplifier configuration, the common emitter. The
techniques though can be applied to any amplifier circuit (Zulinsky Bob, 2007;
189 – 192).
C.
Alat
dan komponen
1.
AFG
2.
CRO
3.
Dc Power Supply
4.
Bead Board dan kabel jumper
D.
Prosedur
kerja
1.
Menyusun rangkaian seperti pada gambar
2.
Melepas kaki basis dari transistor
kemudian disambungkan dengan multimeter. Lalu ukur arus basis dan kemudian
hubungkan lagi dengan rangkaian
3.
Melepas kaki kolektor dari
transistor kemudoan disambungkan dengan
multimeter lalu ukur arus kolektor. Setelah itu tentukan nilai βdc dengan
persamaan
4.
Menghubungkan AFG pada input penguat.
Lalu atur frequensi pada 100Hz dan atur tegangan input sehingga pada tegangan
output tidak cacat atau terpotong.
5.
Mengukur nilai Vi pada frekuensi 50Hz
kemudian mengukur Vo
6.
Mengulangi langkah 5 untuk frekuensi
100-500Hz
7.
Menggambarkan kuva tanggapan amplitude
masukan setiap frekuensi
E. Lembar
Data
1.
Data
Pengamatan percobaan penguat gandengan RC
a.
Menentukan
IB = 0,11
IC = 0,01
=0,09
b.
Menyelidiki
tanggapan amplitude
Tabel 1 data percobaan penguat
gandengan RC
F
|
Vin
|
Vout
|
50 Hz
|
0,85 V
|
1,11 V
|
100 Hz
|
0,825 V
|
1,14 V
|
200 Hz
|
0,85 V
|
1,125 V
|
300 Hz
|
0,825 V
|
1,125 V
|
400 Hz
|
0,81 V
|
1,125 V
|
500 Hz
|
0,825 V
|
1,11 V
|
2. Grafik
Percobaan
F.
Pembahasan
Penguat gandengan RC
merupakan penguat yang menggunakan kapasitor. Kapasitor tersebut merupakan
beban. Pada praktikum kali ini kami menggunakan rangkaian penguat emitor
ditanahkan. Penguat emitor ditanahkan merupakan salah satu contoh dari penguat
gandengan RC.
Gambar rangkaiannya
yaitu:
Gambar.
Rangkaian penguat gandengan RC
Dari gambar di atas
juga sudah dijelaskan komponen-komponen yang digunakan beserta nilai
komponennya.
Kemudian setelah kami
mengikuti prosedur yang digunakan, kami mendapatkan data percobaan pada hasil
percobaan. Pada percobaan tersebut kami melakukan frekuensi yang berbeda-beda,
dari 50 Hz, 100 Hz, 200 Hz, 300 Hz, 400 Hz, dan 500 Hz. Kemudian kami cari Vin
dan Vout masing-masing dan kami bandingkan.
Sebelum mendapatkan itu
tentu kami mengukur Bdc terlebih dahulu yaitu dengan cara mengukur Ib dan Ic,
maka dari sana kita bisa mengukur Bdc, dengan persamaan:
Bdc = Ic/Ib
Dari pengukuran yang
kami lakukan, kami merasa ada yang janggal, yaitu arus dari Ib lebih besar dari
Ic sehingga Bdc sangat kecil, padahal Bdc haruslah besar tidak mungkin mengecil
, jadi kami mengganggap ada kesalahan waktu mengukur Ic dan Ib.
Selanjutnya baru kita
mengukur Vin, Vout dan frekuensi gelombang 50 Hz – 500 Hz. Didapatkan hubungan
gelombang yaitu semakin kecil frekuensi maka jarak gelombang (terhadap fungsi
x) semakin besar, jika frekuensi dinaikan maka gelombang akan semakin rapat.
Kemudian jika
dihubungkan dengan Vpp dengan frekuensi tidak mempengaruhi Vpp. Jika
digrafikkan yaitu:
Grafik.
Vpp Vin terhadap f
Kemudian
grafik Vpp Vout terhadap f
Grafik.
Vpp Vout terhadap f
Dari grafik di atas
jelas frekuensi tidak mempengaruhi tinggi dari Vpp.
Setelah itu kita cari
Vin dan Vout dari tinggi gelombang yang dihasilkan yaitu menggunakan persamaan.
Vin = Vout = V = Vp/2
Vp = Vpp/√2
V = (Vpp/√2)/2
V = Vpp/√2.2
V = Vpp/ 2,8284
Setelah itu didapatkan
Vin dan Vout seperti yang tertera pada tabel hasil percobaan. Vin dan Vout ini
juga tidak dipengaruhi oleh frekuensi, dikarenakan Vpp juga tidak dipengaruhi
oleh frekuensi.
Dalam mencari Vin dan
Vout kami beranggapan sudah benar karena Vout yang kami hasilkan lebih besar
dari pada Vin yang diberikan. Untuk Vcc pada percobaan ini sebesar 6 V. dengan
Vout lebih besar dari Vin maka akan terjadi penguatan sebagaimana persamaan
Kv = Vo/Vi
Hanya pada percobaan
untuk mencari Bdc yang patut dipertanyakan karena tidak sesuai dengan hasil
yang diharapkan, kemungkinan ini disebabkan oleh banyak faktor, besar
kemungkinan ketika kami mengangkat kaki basis atau kolektor menyebabkan
rangkaian yang terputus atau terhubung dengan yang lain.
G.
Kesimpulan
1.
βdc dapat ditentukan dengan cara
mebandingkan nilai Ic dan Ib
2.
Tanggapan amplitude penguat gandengan RC
dapat diselidiki dengan percobaan menghubungkan sinyal generator pada rangkaian
yang telah dibuat sehingga dihasilkan nilai Vin dan Vout pada osiloskop.
H.
Daftar
Pustaka
Malvino.1992.Dasar-Dasar Elektronika. Jakarta :
Ghalia Indonesia
Oklilah,
Ahmad Fali. 2007. Elektronika Dasar.
Palembang: Universitas Sriwijaya
Suyanto,
M. 2013. Jurnal Teknologi Technocienta.
Aplikasi Sistem Inverter 1 Fasa dengan Kapasitas Beban 1200 watt. Vol. 6. No. 1.
Yogyakarta: AKPRND
Sutrisno.
1998. Elektronika Teori Dan Penerapannya
Jilid 2. Bandung :ITB
Zukinsky,
Bob. 1999. Introduction To Electronic
United Stater. Technological University
LAMPIRAN
-
Lampiran
Hitung
1.
Menetukan βdc
Ib = 0,11 A
Ic = 0.01 A
Βdc==
0,09
2.
Menyelidiki Tanggapan Amplitudo
·
Vin
-
f = 50,475 Hz
Vpp = 2,41 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 2,41 V / 2,8284
Vin = 0,85 V
-
f = 100 Hz = 101,316 Hz
Vpp = 2,33 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 2,33 V / 2,8284
Vin = 0,825V
-
f = 200 Hz = 201,48 Hz
Vpp = 2,37 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 2,37 V / 2,8284
Vin = 0,84 V
-
f = 300 Hz
Vpp = 2,41 V
Vin = Vpp/2,8284
Vin = 2,41 V / 2,8284
Vin = 0,85 V
-
f = 400 Hz = 410 Hz
Vpp = 2,29 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 2,29 V / 2,8284
Vin = 0,81 V
-
f = 500 Hz = 505,79 Hz
Vpp = 2,33 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 2,33 V / 2,8284
Vin = 0,825 V
·
Vout
-
F = 50 Hz = 50,907 Hz
Vpp = 3,14 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 3,14 V / 2,8284
Vin = 1,11 V
-
f = 100 Hz = 101,21 Hz
Vpp = 3,22 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 3,22 V / 2,8284
Vin = 1,14 V
-
f = 200 Hz = 200,40 Hz
Vpp = 3,18 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 3,18 V / 2,8284
Vin = 1,125 V
-
f = 300 Hz = 300,11 Hz
Vpp = 3,18 V
Vin = Vpp/2,8284
Vin = 3,18 V / 2,8284
Vin = 1,125 V
-
f = 400 Hz = 402,19 Hz
Vpp = 3,18 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 3,18 V / 2,8284
Vin = 1,125 V
-
f = 500 Hz = 505,14 Hz
Vpp = 3,14 V
Vin =Vpp/2,8284
Vin = 3,14V / 2,8284
Vin = 1,11 V
·
Kv
-
Kv=Vo/Vi
-
f = 50 Hz
Kv = 1,11 V / 0,85 V = 1,30
-
f = 100 Hz
Kv = 1,14 V / 0,825 V = 1,38
-
f = 200 Hz
Kv = 1,125 V / 0,85 V = 1,32
-
f = 300 Hz
Kv = 1,125 V / 0,825 V = 1,36
-
f = 400 Hz
Kv = 1,125 V / 0,81 V = 1,38
-
f = 500 Hz
Kv = 1,11 V / 0,825 V = 1,34
-
Lampiran Poto
Tidak ada komentar:
Write komentar