Welcome to "Belajar Asyik" Blog Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dua nikmat, yang manusia banyak tertipu dengannya : nikmat sehat dan waktu luang" (hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)

Senin, 09 November 2020

Operant Conditioning / Pengkondisian Operant dan Penerapannya dalam Proses Pembelajaran

Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai Pendekatan Teori Behavioural Dalam Pembelajaran yang berkaitan dengan pengkondisian klasik atau classical conditional. Kita ketahui bahwasannya dalam melakukan pembelajaran atau melakukan kegiatan belajar mengajar ada baiknya kita mempertimbangan teori-teori yang ada, yang mana dengan adanya teori-teori tersebut kita bisa menyesuaikan tindakan yang mana yang sesuai dengan anak didik yang kita ajarkan. 
 
Sebelumnya, pengondisian klasik sangat membantu dalam memahami ketakutan dan kecemasan siswa. Namun, itu tidak seefektif dalam menjelaskan perilaku sukarela siswa. Perilaku sukarela siswa disini yang dimaksud adalah perilaku yang dengan sengajanya siswa melakukannya secara sukarela, seperti mengapa siswa belajar keras untuk ujian, atau seorang siswa IPS lebih menyukai pelajaran sejarah dibandingkan pelajaran sosiologi. Untuk domain atau hal ini, pengkondisian operan / Operant Conditioning dianggap lebih lebih relevan.
Pakar utama dari Teori pengkondisian operan ini diantaranya adalah Edward Thorndike, John Watson dan Burrhus Frederic Skinner atau yang lebih dikenal BF Skinner. Mereka mengusulkan bahwa belajar adalah hasil penerapan konsekuensi, Yang mana maksudnya adalah peserta didik mulai menghubungkan respons tertentu dengan rangsangan tertentu. Koneksi ini menyebabkan kemungkinan respons berubah, dengan demikian, pembelajaran terjadi.

Connectionism / Konektionismenya Thorndike dan Stimulus-Response / S-R Teori

Eksperimen Edward Lee Thorndike dengan kucing-kucing yang kelaparan dalam kotak puzzle adalah pendahulu serta inisiator bagi pengkondisian operan nya BF Skinner. Thorndike menyebutkan bahwa jenis pembelajaran ini dengan istila "instrumental", hal itu dikarenakan melalui metode coba-coba kucing dapat membuka kait/kunci (misalnya instrumen) di dalam kotak dan dapat melarikan diri dari kotak untuk mendapatkan makanan di luar. 

Dari studinya tentang kucing, anjing, dan ayam, Thorndike menemukan Hukum Pembelajarannya. Dia mengenali dua komponen pembelajaran, stimulus (S) dan respons (R). Baginya, belajar melibatkan pembentukan koneksi Stimulus-Respon sehingga membuka jalan untuk pengembangan teori pembelajaran S-R. Metodenya juga disebut asosiasi belajar atau koneksionisme karena melibatkan pembentukan ikatan antara tayangan stimulus dan respon/tanggapan. Hukum Pembelajaran yang masih berpengaruh dalam pemikiran dan praktik saat ini, diantaranya adalah:

  • Hukum Pengaruh - hukum ini menyatakan bahwa perilaku yang diikuti oleh hasil atau ganjaran positif diperkuat dan yang diikuti oleh konsekuensi negatif atau ketidakpuasan dilemahkan. Dengan demikian, penguatan atau melemahnya ikatan S-R tergantung pada konsekuensi atau apa yang mengikuti respons. Misalnya, ketika seorang siswa dipuji karena berhasil dalam proyeknya, ia terus berusaha untuk memiliki pekerjaan yang unggul. Di sisi lain, jika ia tidak dikenal karena usahanya dan bahkan dikritik, ia mungkin tidak berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. 
 
  • Hukum Kesiapan - menyatakan bahwa ketika koneksi S-R siap untuk dilakukan, maka pelajar siap untuk belajar. Kesiapan untuk belajar berbeda dari pematangan yang merupakan prasyarat untuk belajar. Kesiapan untuk belajar di sini mengacu pada keadaan neurofisiologis sementara yang Sprinthall dan Sprinthall disebut sebagai " momen yang bisa diajar " secara neurologis . Dengan demikian seorang anak siap belajar menari ketika tulangnya sudah matang untuk kegiatan seperti itu dan ketika ia memiliki pola pikir dan keinginan untuk belajar. 
 
  • Hukum Latihan - hukum ini berarti bahwa pembelajaran terjadi dengan latihan terus-menerus. Koneksi S-R diperkuat ketika hal tersebut digunakan dan dilatih dan melemah ketika tidak digunakan. Metode latihan atau drill method adalah contoh yang baik dari penggunaanhukum ini.
 
Pengkondisian Operant - Skinner  
 
Burrhus Freferick Skinner menggunakan istilah “operant conditioning” karena ia menggambarkan organisme sebagai “operating/beroperasi” dan dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan pengkondisian klasik menggambarkan pola S-R, pengkondisian operan sering dipandang sebagai pembelajaran R-S (Response - Stimulus). Ini adalah konsekuensi yang mengikuti respons yang memengaruhi apakah respons akan diulang. 
 
Dalam kotak Skinner yang terkenal, ada tuas atau batang yang beroperasi untuk mengeluarkan pelet atau makanan. Seekor tikus lapar ditempatkan di dalam kotak. Saat tikus itu bergerak dan menjelajahi kotak itu, secara tidak sengaja menekan tuas yang mengeluarkan makanan. Kemudian, tikus itu dikondisikan untuk "sengaja" menekan tuas untuk mendapatkan makanan.
 
Pengondisian operan adalah bentuk pembelajaran di mana konsekuensi perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku akan terjadi (Santrock 2001). Konsekuensi dari perilaku ini adalah penguatan dan hukuman

Reinforcement/ Penguatan (reward/hadiah) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi, sedangka punishment/hukuman adalah konsekuensi yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu perilaku. Penguatan bisa positif atau negatif. Dalam penguatan positif, perilaku meningkat karena diikuti oleh stimulus yang bermanfaat (seperti pujian). Dalam penguatan negatif, perilaku meningkat karena konsekuensinya adalah penghapusan stimulus yang tidak menyenangkan. Hasilnya adalah perilaku yang diperkuat. Contoh Penguatan dan Hukuman adalah sebagai berikut: 
 

Penguatan Positif / Positive Reinforcement

Perilaku                                 Konsekuensi               Perilaku masa depan

Siswa menjawab pertanyaan - pertanyaan guru dengan baik.

 

Guru memuji siswa tersebut. 

Siswa memberi lebih banyak jawaban yang bagus.

 
Penguatan Negatif / Negative Reinforcement

Perilaku                                 Konsekuensi               Perilaku masa depan

Siswa mengumpulkan pekerjaan rumah pat waktu

 

Guru berhenti / tidak lagi mengkritik siswa.

Siswa semakin rajin mengumpulkan tugas tepat waktu.

Hukuman / Reinforcement

Perilaku                                 Konsekuensi               Perilaku masa depan

Siswa ribut di kelas

 

Guru secara verbal menegur siswa.

Siswa berhenti membuat keributan di kelas 

 

 Sumber rujukan: 

  • Santrock, John W. (2001)  Educational Psychology, New York: McGraw Hill, New York.
  • Woolfolk, Anita, E, (1998) Educational Psychology.  Massachusetts: Allyn and Bacon.

 


R

 

Tidak ada komentar:
Write komentar