Welcome to "Belajar Asyik" Blog Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dua nikmat, yang manusia banyak tertipu dengannya : nikmat sehat dan waktu luang" (hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)

Senin, 19 Oktober 2020

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran ditinjau dari aspek Pelajar, Guru, dan Lingkungan

 

Belajar difasilitasi atau dihambat oleh beberapa faktor yang mungkin bersifat intrinsik (dari dalam) atau ekstrinsik (dari luar) bagi pelajar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pelajar itu sendiri, guru dan lingkungan / budaya.

1. Pelajar

Sebagai penerima atau pengguna akhir dari proses pembelajaran, pelajar menjadi faktor penting dalam proses belajar-mengajar (pembelajaran). Pelajar (disebut juga siswa / peserta didik) adalah satu-satunya yang dapat mengatakan apakah pembelajaran telah terjadi dan sejauh mana prosesnya. Selain itu, terdapat beberapa variabel yang dapat memfasilitasi atau menghambat pembelajaran ditinjau dari diri pelajar itu sendiri, seperti usia, minat, motivasi, dan lain-lain

Jenis kelamin dan usia pelajar adalah faktor penting karena tingkat belajar dapat bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan usia. Faktor terkait tesebut misalnya adalah kecerdasan yang dapat bervariasi di antara peserta didik dan bahkan mungkin menurun seiring bertambahnya usia. 

Ilustrasi belajar, (source: gambar google)  
Nilai-nilai (misal: kepercayaan) yang dianut pelajar itu sendiri, minat, aspirasi, dan motivasi untuk belajar akan sangat mempengaruhi tingkat belajar serta retensinya. Dua faktor pelajar penting lainnya yang guru harus memperhitungkan adalah gaya belajar mereka dan kepribadian / personality. Pertimbangkan pemikiran saat ini kecerdasan emosi sudah sejajar dengan kecerdasan kognitif sebagai faktor penting dalam keberhasilan orang.Yang mana dahulu kita sering sekali berkutat bahwa anak-anak yang pandai menghitung (matematik) cenderung dianggap pintar dari pada anak-anak yang kurang pandai terhadap menghitung tersebut, padahal kenyataannya tidak demikian. Sejatinya, anak-anak / pelajar semuanya adalah pintar, dengan bagaimana cara kita sebagai seorang guru maupun orang tua melihat kepintaran tersebut. Ada teori yang menarik yang membahas hal tersebut, salah satunya adalah teori multiple intelligence / Kecerdasan Berganda oleh Howard Gardner, yang mana hal ini sekilas telah pernah di bahas, pada artikel-artikel sebelumnya. 

2. Guru / Fasilitator

Guru (pendidik) atau orang yang memfasilitasi pembelajaran sama pentingnya untuk pembelajaran yang efektif terjadi. Beberapa orang berpendapat bahwa belajar sangat bergantung pada guru karena dia adalah penyedia pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari. Dengan demikian, pendidik menganjurkan bahwa jika pengajaran dan pembelajaran ingin ditingkatkan, peningkatan pertama-tama harus dimulai dengan guru. Beberapa variabel guru yang diidentifikasi oleh Lupdag (1984) sebagai penting untuk proses belajar-mengaja, diantaranya adalah:

 

a) Jenis Kelamin - Studi menunjukkan bahwa jenis kelamin guru berpengaruh pada sosialisasi peserta didik. Guru perempuan cenderung memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa perempuan yang pada gilirannya lebih responsif terhadap mereka. Namun, ada perbedaan dalam interaksi sosial di tingkat dasar, menengah dan tersier. Lebih dari itu, perbedaan jenis kelamin dalam interaksi kelas tergantung pada guru dan siswa itu sendiri.

 

b) Usia - Usia guru memengaruhi fungsi sosial, emosional, dan perseptualnya serta pemikiran, minat, dan nilai-nilai, Ini dapat memengaruhi hubungan dan kredibilitasnya dengan siswa.

 

c) Kualifikasi Akademik - Seorang guru yang memiliki persiapan akademik yang lebih baik lebih mungkin untuk memberikan pengajaran yang baik daripada yang tidak memenuhi syarat . Namun, bukan hanya penguasaan materi pelajaran yang diperhitungkan dalam pengajaran yang efektif tetapi lebih dari metode dan strategi pengajaran yang efektif yang digunakan guru.  

d) Kecerdasan dan Kemampuan - Sebagai fasilitator pembelajaran, guru diharapkan memiliki setidaknya IQ rata-rata dan kecakapan mengajar. Diasumsikan bahwa semakin tinggi kemampuan guru, semakin baik mereka dalam mengajar. Karena alasan inilah pemerintah membuat kebijakan seperti adanya sertifikasi guru atau pendidikan profesi guru.

 

e) Pengalaman - Tidak ada keraguan bahwa guru yang memiliki 10 tahun pengalaman mengajar akan lebih efisien daripada orang baru karena ia dikatakan telah menguasai keterampilan. “Pengalaman adalah guru terbaik” begitulah peribahasa yang tepat, diharapkan untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Namun, faktor-faktor lain seperti usia, kecerdasan dan bakat, dan kepribadian dapat berinteraksi dengan pengalaman.  

 

f) Minat - Agar efektif, seorang guru pada awalnya harus memiliki minat dalam mengajar sebagai karier, dalam mata pelajaran yang ia ajarkan, dan dalam jenis pelajaran yang ia tangani.

 

g) Motivasi - Selain memiliki minat, guru juga harus sangat termotivasi untuk mengejar pekerjaan mengajar. Prestasi, pengakuan, tanggung jawab , hubungan interpersonal, dan pengawasan adalah sumber kepuasan kerja yang baik. Sayangnya, pertimbangan ekonomi tetap menjadi motivator utama yang menggerakkan para guru untuk mencari penghasilan tambahan, mengejar pekerjaan lain atau mencari padang rumput yang lebih hijau di luar negeri. Nilai- nilai guru sama pentingnya. Jika dia lebih menghargai pemenuhan diri dari imbalan uang, ini akan memengaruhi upayanya dalam memfasilitasi pembelajaran.

 

h) Kepribadian - Bagi beberapa siswa, bukan apa yang guru ajarkan tetapi bagaimana dia berurusan dengan mereka yang paling penting. Dengan demikian, guru yang mudah didekati, ramah, baik hati, sabar, dan toleran lebih dihargai daripada orang yang tidak mudah didekati, kaku, ketat, tidak sabar, dan berwibawa.

 

Selain variabel-variabel yang disebutkan di atas, karakteristik guru lain yang patut dipertimbangkan adalah kecerdasan emosi , keterampilan manajemen stres, dan gaya mengajar mereka. Lebih banyak orang sekarang mengakui bahwa EQ lebih penting daripada IQ. Bukan hanya kemampuan, tetapi bagaimana seseorang mengelola emosinya dan menghadapi situasi yang menekan yang berkontribusi lebih banyak untuk usaha yang berhasil. Demikian juga, jika seorang guru mencocokkan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa, itu akan lebih cenderung menghasilkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Selanjutnya pada era sekarang, dengan teknologi canggih, peran guru atau fasilitator pembelajaran dapat didelegasikan ke mesin atau komputer. E-learning dan pendidikan interaktif, dengan manfaatnya dalam hal komunikasi yang cepat, daya saing global dan pembelajaran inovatif akan terus mendominasi bidang pendidikan. Meskipun demikian, jenis pembelajaran ini masih perlu dilakukan di bawah pengawasan seorang manusia, seorang guru yang berpengalaman.

3. Lingkungan / Budaya

Lingkungan mengacu pada lingkungan atau kekuatan sosial dan fisik yang bersifat eksternal bagi individu. Keluarga, lingkungan, sekolah, tempat beragama, teman, masyarakat dan media massa semuanya merupakan lingkungan sosial yang dapat memengaruhi pembelajaran, baik secara positif maupun negatif. Di sisi lain, lingkungan fisik terdiri dari struktur dan fasilitas sekolah, bahan belajar dan peralatan yang harus menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran yang efektif. Lingkungan juga harus dilihat dalam konteks perubahan budaya dan akulturasi yang berdampak pada masyarakat, misalnya pada saat ini penggunaan teknologi, sosial media, media massa, dan lain sebagainya.


Tidak ada komentar:
Write komentar