PERCOBAAN III
I.
JUDUL PRAKTIKUM
RUMUS EMPIRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR
II.
HARI, TANGGAL
SABTU, 9 NOVEMBER 2013
III.
TUJUAN PERCOBAAN
1.
Mencari rumus
empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.
2.
Mempelajari cara
mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus
empiris.
3.
Mempelajari
sifat-sifat senyawa hidrat.
4.
Mempelajari
reaksi bolak balik hidrasi.
IV.
PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1.
Apakah yang
disebut rumus empiris dan rumus molekul ?
Jawab :
-
Rumus empiris
adalah perbandingan jumlah mol atom unsur-unsur dalam senyawa.
-
Rumus molekul
adalah menggambarkan jumlah sebenarnya dari atom tiap unsur dalam molekul
senyawa yang merupakan kelipatan bulat dari rumus empiris.
2.
Jika dalam 5 g
tembaga klorida terdapat 2.35 g tembaga dan 2.65 g klorida. Tentukanlah rumus
yang paling sederhana dari tembaga klorida tersebut.
Jawab :
Diketahui : Massa Cu = 2,35 g, Ar Cu = 63,5
Massa Cl = 2.65 g, Ar Cl = 35,5
Ditanya : rumus yang paling sederhana = …
Dijawab : Mol Cu =
0,037 mol
Mol Cl =
0,075 mol
Mol Cu : Mol Cl
0,037 : 0,075
1
: 2
Jadi rumus
empirisnya adalah CuCl2.
3.
Definisikan apa
yang dimaksud dengan hidrat.
Jawab :
Hidrat
adalah senyawa yang setiap satu molnya mengandung air atau senyawa yang
tersusun karena adanya molekul air sebagai bagian komposisinya.
4.
Suatu sampel
diketahui berupa hidrat yaitu Zink Sulfat (ZnSO4). Bila 3 g sampel
dipanaskan hingga bobotnya tetap, bobot yang tersisa adalah 1,692 g. Bagaimana rumus
garam hidrat ini?
Jawab :
Diketahui : Massa hidrat ZnSO4 = 3 g
Massa sisa =
1.692 g
Ar Zn =
65,37
Ar S =
32
Ar O =
16
Ditanya : Rumus Garam Hidrat = …
Dijawab : ZnSO4 x n H2O à ZnSO4 + H2O
3 g 1,692 g 3-1,692=1,308 g
Mol ZnSO4 =
= 0,01 mol
Mol H2O =
= 0,07 mol
Mol ZnSO4 : Mol H2O
0,01 : 0,07
1 : 7
Jadi, rumus
garam hidratnya adalah ZnSO4.7H2O
V.
LANDASAN TEORI
Rumus empiris suatu senyawa menyatakan nisbah terkecil
jumlah atom yang terdapat dalam senyawa tersebut. Rumus sebenarnya untuk semua
unsur dalam senyawa dinamakan rumus molekul. Misalnya hidrogen peroksida
mempunyai rumus nyata H2O2 ini berarti rumus empirisnya
HO. Asetilena ialah gas yang digunakan untuk mengelas, dan benzena adalah
pelarut cair. Sifat fisis dan kimia kedua zat ini berbeda, tetapi rumus
empirisnya sama, yaitu CH. Rumus molekul asetilena C2H2,
sedangkan rumus molekul benzena C6H6.
Menurut sejarah rumus empiris ditentukan lewat
penggabungan nisbah bobot dari unsur-unsurnya. Ini merupakan langkah yang
penting untuk menentukan daya gabung suatu unsur. Baru-baru ini, unsur sintetik
lawrensium diketahui mempunyai daya gabung 3 berdasarkan percobaan rumus
empiris lawrensium radioaktif bergabung dengan klorin membentuk lawrensium klorida
dengan rumus LrCl3.
Beberapa unsur menunjukkan daya gabung lebih dari
satu, sehingga rumus empiris senyawa bergantung pada bagaimana unsur itu
bergabung. Misalnya besi dapat bereaksi dengan oksigen membentuk besi (II)
oksida atau besi (III) oksida. Bergantung pada kondisi pembentukan senyawa.
Dalam percobaan ini, pita magnesium akan dipanaskan dalam krus dan akan diubah
menjadi oksida.
Beberapa reaksi yang dilakukan dilaboratorium kimia
selalu berkenaan dengan larutan, bebrapa diantaranya bekerja dengan menggunakan
air sebagai pelarut. Ketika air diuapkan, hasil reaksi dapat diisolasi,
seringkali dalam bentuk padatan. Kadangkala bentuk padatan ini mengandung
molekul air sebagai bagian dari komposisinya. Sebagai contoh, jika nikel (II)
oksida (NiO) dilarutkan dalam larutan H2SO4 encer akan
terbentuk NiSO4
NiO(s) + H2SO4(aq) à NiSO4(aq) + H2O(l)
Bila air diuapkan, terbentuklah kristal berwarna hijau
gelap. Ketikka dianalisis kristal tersebut mengandung 6 mol air untuk setiap
mol nikel (II) sulfat. Senyawa ini dinamakan hidrat atau garam hidrat, dan air
yang ada merupakan bagian penting dari komposisinya yang terbentuk dan disebut
air hidrat.
Beberapa bahan akan menyerap sedikit air jika
ditempatkan diatmosfir yang mengandung banyak uap air. Penambahan air akan
membentuk hidrat dan kehilangan air membentuk zat anhidrat, dan proses ini
merupakan proses bolak balik. Sebagai contoh hidrat nikel (II) sulfat jika
dipanaskan akan kehilangan air membentuk nikel (II) sulfat anhidrat. Nikel (II)
sulfat anhidrat dapat dilarutkan kembali dalam air dan dikristalisasi-ulanh
sebangai senyawa hidrat.
NiSO4.6H2O à NiSO4(s) + 6H2O(g)
Perubahan kimia pada reaksi kedua juga berlangsung
spontan, tanpa tambahan panas atau tambahan larutan air. Pada kelembapan
relatif tinggi zat anhidrat yang higroskopis dapat menyerap air dari atmosfer.
Zat yang menyerap air sering digunakan sebgai zat pengering atau pengawet gas
atau cairan. Jika jumlah air yang diserap terlalu besar, zat tersebut akan
meleleh, dan dapat hilang secara spontan bila ditempatkan pada kelembaban yang
rendah. Zat ini dinamakan zat pemekar (ofloresensi). Hal ini sering ditandai oleh
hancurnya kristal hidrat yang terbentuk dari sebuk anhidrat padat.
Presentase air pada beberapa sampel dapat ditentukan
secara tida langsung. Pemanasan akan menguapkan air dan jika ditimbang ulang
terjadi penyusutan bobot contoh. Besarnya penyusutan merupakan bobot air yang
ada, dan hal ini dianggap tak ada gas lain yang dihasilkan dalam proses ini.
Jika dilakukan pada senyawa yang diketahui, rumus hidrat dapat diketahui
(Epinur, dkk.2013:30-31).
Rumus empiris dari percobaan menentukan susunan
(komposisi). Senyawa dari rumus kimia yang telah dipelajari dapat diperoleh
banyak informasi, tetapi bagaimana rumus kimia ini diperoleh? Caranya sama
dilakukan oleh dalton yaitu menyimpulkan rumus tersebut dari percobaan
penentuan komposisi suatu senyawa.
Rumus yang paling sederhana mungkin disebut rumus
empiris. Rumus empiris dapat digunakan untuk menghitung bobot rumus senyawa.
Bobot molekul diperoleh dengan cara yang sama atau dengan melakukan suatu
bilangan tertentu terhadap bobot rumus.
Rumus molekul dapat diperoleh dengan mengalikan semua.
Bahwa (subsripts) dalam rumus empiris dengan bilangan pengali menghubungkan
bobot molekul dengan bobot rumus (Suwandi.1995:20-21).
Rumus empiris memberikan jumlah mol (bukan saja
perbandingan) setiap jenis atom dalam satu mol molekul senyawa, menentukan
rumus molekul senyawa yang tidak diketahui memerlukan percobaan dilaboratorium
dengan langkah umum sebagai berikut:
-
Analisis
kualitatif : menentukan unsur yang terdapat
-
Penentuan rumus
empiris melalui percobaan
Diketahui bahwa untuk
menentukan rumus empiris senyawa maka persen komposisinya kemungkinan untuk
mengidentifikasi senyawa melalui percobaan. Prosedur yang dilakukan sebagai
berikut: pertama dengan analisis kimia kita akan memperoleh jumlah garam dari
setiap unsur yang terkandung dalam suatu senyawa dengan massa tertentu.
Kemudian ubah jumlah dalam gram menjadi jumlah dalam mol untuk tiap unsur.
Akhirnya rumus empiris dari senyawa dapat ditentukan (Raymond Chang.2004:68).
Jika suatu zat meleleh
artinya terjadi perubahan tingkat wujud dari fasa padat uap ke fasa cair.
Perubahan ini bersifat resvible (bolak-balik) artinya es yang telah menjadi air
itu dapat membeku kembali menjadi es seperti eadaan awal. Perubahan atau proses
yang tidak bisa kembali lagi pada susunan semula (versible) seperti lilin
terbakar dan seperti pada reaksi kimia susunan semua tertentu (Ahmad
Hiskia.1986:23-24).
Senyawa hidrogen peroksida
bagi komponen atom-atom terkecil yang disebut molekul, mengandung 2H dan 2O = H2O2
tetap nisbah. Atom-atom terkecil yang (jumlah atom relatif) dari hidrogen
oksigen HO. Kumpulan ini berdasar satuan rumus disebut rumus sederhana atau
sebuah molekulnya disebut rumus molekul.
Terdapat 3 kemungkinan
hubungan yang perlu dipertimbangkan:
1.
Rumus empiris
dan rumus molekul dapat identik, seperti CCl4.
2.
Rumus molekul
dapat merupakan penggandaan dari rumus empiris. Rumus molekul H2O
adalah 2 kali rumus empiris HO.
3.
Suatu senyawa
dalam keadaan padat dapat memiliki rumus empiris NaCl, MgCl2, atau
NaNO3 dan tidak memiliki rumus molekul (Raip H
Petrucci.1992:162-163).
VI.
ALAT DAN BAHAN
RUMUS EMPIRIS SENYAWA
a.
Alat
Ø Cawan krus dan tutupnya
Ø Neraca
Ø Kertas tisu
Ø Kaki tiga yang dilengkapi segitiga porselen
Ø Pembakar bunsen
Ø Penjepit krus
Ø Pipet tetes
Ø Gelas arloji
b.
Bahan
Ø Pita Mg (10-15cm)
Ø 40 tetes air
Ø 0,5 g logam tembaga
Ø 10 ml asam nitrat 4 M
HIDRASI AIR
A.
Penentuan
Kuantitatif Presentase Air dalam Senyawa Hidrat
a.
Alat
Ø Cawan porselen dan tutupnya
Ø Segitiga penyangga
Ø Pembakar bunsen
Ø Neraca
b.
Bahan
Ø Detergen dan air suling
Ø Larutan HNO3 6M
Ø 1 g sampel
B.
Reaksi
Bolak-Balik Hidrat
a.
Alat
Ø Spatula
Ø Cawan Porselen
Ø Kaca arloji
Ø Pembakar bunsen
b.
Bahan
Ø ½ spatula tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
VII.
PROSEDUR KERJA
RUMUS EMPIRIS SENYAWA
Cawan Krus dan Tutupnya
|
-
Ditimbang hingga
ketelitian 0,001 g dan dicatat bobotnya
Sepotong pita Mg (10-15cm)
|
-
Dibersihkan
dengan kertas tisu untuk menghilangkan kotoran dan minyak
-
Digulung hingga
masuk sesuai dengan dasar krus
-
Dimasukkan
kedalam krus dan ditimbang
Krus dan
isinya
|
-
Diletakkan
diatas kaki tiga yang dilengkapi dengan segitiga porselen
-
Dipanaskan 20
menit dengan pembakar bunsen hingga dasar krus berpijar
-
Dibuka sedikit
tutup krus agar udara dapat masuk dengan menggunakan penjepit krus
-
Dilanjutkan
dengan pemanasan 20 menit lagi
-
Dimatikan bunsen
dan dibiarkan dingin selama 15 menit, & ditetesi dengan
40 tetes air
|
-
Dipanaskan dalam
keadaan tertutup dengan api kecil selama 5 menit hingga tidak ada asap yang
timbul
-
Dimatikan bunsen dan didinginkan selama 15 menit dan ditimbang
-
Dilanjutkan
pemanasan dengan api kecil (nyala biru) selama 20 menit dan dinginkan
-
Ditimbang krus
dan tutupnya
Hasil Pengamatan
|
Catatan
: Bila Mg tidak tersedia dapat digunakan Cu dengan prosedur :
Cawan Penguap
|
-
Dipanaskan,
didinginkan dan ditimbang serta ditambahkan
0,5 g logam
tembaga
|
-
Dicampur dengan
10 ml asam nitrat 4M
|
-
Ditutup dengan
gelas arloji
-
Dipanaskan
sampai terbentuk kristal hitam
-
Pemanasan
dilanjutkan kampai terbentuk kristal kekuning-kuningan
-
Didinginkan
dalam suhu kamar
-
Ditimbang cawan
penguap beserta isinya
-
Ditentukan rumus
empiris dari oksida tembaga tersebut
Hasil pengamatan
|
HIDRASI AIR
A. Penentuan Kuantitatif Presentase Air dalam Senyawa
Hidrat
Cawan Porselen
|
-
Dicuci dengan
detergen dan air suling, lalu bilas dengan air suling kemudian HNO3 6M
dan dibilas dengan air suling sekali lagi
-
Dikeringkan dan
ditempatkan cawan pada segitiga penyangga
-
Diatur
ketinggian kaki tiga sehingg bagian tengah cawan tepat pada bagian yang panas
pada pembakar, penutup sedikit terbuka saat dipanaskan
-
Dipanaskan
dengan hati-hati sampai bagian tengah cawan terlihat membara
-
Dipertahankan
pemanasan selama 5 menit
-
Dihentikan
pemanasan dan didinginkan pada suhu kamar 10-15 menit
-
Dijaga cawan dan
tutupnya selalu dalam keadaan bersih dan ditimbang
1 g sampel
|
-
Dimasukkan
kedalam cawan dan timbang beserta tutupnya
-
Diletakkan cawan
pada segitiga dengan penutup sedikit tebuka sehingga uap dapat keluar
-
Dipanaskan
selama 1 menit dengan pembakar dibawahnya
-
Kemudian naikkan
panas hingga bagian atas cawan terlihat merah dan dibiarkan pemanasan selama 10
menit.
-
Dihentikan pemanasan,
cawan ditutup, dibiarkan dingin pada suhu kamar kemudian ditimbang
-
Diulangi
pemanasan sampai didapat bobot tetap, sampai didapatkan perbedaan bobot 2-3 mg.
-
Dihitung
presentase air dalam contoh dan ditentukan rumus hidratnya
Hasil Pengamatan
|
B. Reaksi Bolak-Balik Hidrat
½ spatula
tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
|
-
Dimasukkan
kedalan cawan porselen
-
Diamati sampel
dan dicatat warnanya
-
Ditutup dengan
kaca arloji
-
Dipanaskan
sampai contoh akan berubah menjadi pucat dan akhirnya putih
Catat
Pengamatan
|
-
Dihentikan
pemanasan, setelah dingin diteteskan air yang terkumpul pada kaca arloji
kedalam cawan
Hasil Pengamatan
|
VIII.
DATA PENGAMATAN
SENYAWA
MAGNESIUM
Bagaimana
Mendapatkannya
|
Ulangan
I
|
Ulangan
II
|
|
1.
Bobot
cawan krus + tutup
|
Menimbang
|
65,788 g
|
|
2.
Bobot
cawan krus + magnesium
|
Menimbang
|
65,788 g
|
|
3.
Bobot
magnesium
|
(2)-(1)
|
0,02 g
|
|
4.
Bobot
cawan krus + tutup + magnesium oksida
|
Menimbang
|
65,88 g
|
|
5.
Bobot
magnesium oksida
|
(4)-(1)
|
0,112 g
|
|
6.
Bobot
oksida
|
(4)-(2)
|
0,090 g
|
|
7.
Bobot
atom magnesium
|
Tabel berkala
|
24,3
|
24,3
|
8.
Bobot
atom oksida
|
Tabel berkala
|
16,0
|
16,0
|
9.
Jumlah
mol atom oksigen
|
0,00575
|
||
10. Jumlah mol atom magnesium
|
0,05823
|
||
11. Rumus empiris magnesium oksida
|
MgO2
|
SENYAWA
TEMBAGA
·
Bobot cawan
penguap = 18.148
gr
·
Bobot cawan
penguap + tembaga = 28.21
gr
·
Bobot cawan
penguap + oksida tembaga = 32.182
gr
·
Bobot oksida
tembaga yang diperoleh = 14.042
gr
·
Tulis reaksi
antara logam tembaga dengan asam nitrat
A.
AIR HIDRAT
1.
Massa cawan
kosong + tutup =
57.58
gr
2.
Massa cawan
kosong + tutup + contoh =
57.6725
gr
3.
Massa cawan
kosong + tutup + contoh pemanasan = 57.5804
gr
4.
Massa contoh
setelah pemanasan (bobot tetap) =
0.0925
gr
5.
Massa contoh
setelah pemanasan =
0.0004
gr
6.
Massa air yang
hilang dari contoh =
0.0921
gr
7.
Presentase air
yang hilang dari contoh =
99.56
%
8.
Massa molar
senyawa anhidrat =
159.5
9.
Rumus hidrat =
CuSO4.H2O
B.
REAKSI
BOLAK-BALIK HIDRASI
a.
Warna CuSO4.5H2O
: biru muda
b.
Pada pemanasan
CuSO4.5H2O terdapat/tidak terdapat air dalam kaca arloji
: terdapat air
c.
Warna contoh
setelah pemanasan adalah : putih
d.
Setelah
pemanasan dan penambahan H2O terjadi warna : biru muda
e.
Persamaan reaksi
:
CuSO4.5H2O
à
CuSO4 + 5H2O
CuSO4
+ 5H2O à CuSO4.5H2O
IX.
PEMBAHASAN
A.
Rumus empiris senyawa
Sebelum
melakukan praktikum hal pertama kali yang harus dilakukan adalah menyiapkan
bahan dan alat-alat yang dibutuhkan, selanjutnya menimbang krus beserta bobot
nya. Dari penimbangan itu, kami memperoleh massa nya sebesar 65.768 gr. Selanjutnya,
memasukkan pita magnesium yang telah dibersihkan terlebih dahulu kedalam krus
dan menimbangnya tanpa tutup, hasil massa nya yaitu 65.788 gr. Dari data yang
diperoleh, akhirnya kami dapat mengetahui bobot magnesium, yaitu dengan cara
berikut :
Bobot Mg =
krus setelah diisi Mg - sebelum diisi Mg
=
65.788 - 65.78
=
0.02 gr
Selanjutnya,
krus yang berisi magnesium diletakkan diatas kaki tiga yang dilengkapi dengan
segitiga porselen dengan memanaskannya pada bunsen (api biru) hingga krus
berpijar. Pemanasan ini dilakukan selama 2 menit dengan tutup krus terbuka
sedikit agar udara dapat masuk, sehingga logam Mg bereaksi dengan oksigen.
2
Mg + O2
2 MgO
Krus
yang dipanaskan dengan tutup terbuka menyebabkan magnesium bereaksi dengan
udara membentuk magnesium oksida. Selain itu, Mg juga bereakdi dengan nitrogen
dioksida membentuk Mg nitrat.
Mg
+ NO2 Mg(NO2)2
Setelah
pemanasan dilakukan selama 2 menit. Selanjutnya dinginkan selama 15 menit.
Setelah dingin ditetesi dengan 40 tetes air kedalam cawan, kemudian dipanaskan
lagi hingga air yang ada pada krus habis dan kering lalu ditimbang dan dapatlah
hasilnya 65.88 gr. Jika bobot krus + tutup + MgO telah didapat, maka bobot
magnesiym oksida dan oksida ditentukan.
Bobot
MgO =
(4) – (1)
=
65.88 gr – 65.760 gr
= 0.112 gr
Bobot oksida =
(4) – (2)
=
65.88 gr – 65.788 gr
=
0.092 gr
Bobot atom Mg yang
diperoleh dari table berkala sebesar :
24.3
Bobot atom oksida yang
didapat dari table berkala sebesar: 16,0
Setelah data yang
diperlukan diketahui, kami menghitung jumlah mol atom oksigen dan rumus empiris
MgO yaitu :
Mol oksigen =
=
=
0.00575
Mol Mg =
=
= 0.000823
Jadi, rumus empiris MgO adalah :
Mol Mg
= mol O
0.000823 = 0.00575
1 :
7
RE : (MgO7)11
1. Senyawa
Tembaga
Percobaan
selanjutnya yaitu menentukan rumus empiris oksida tembaga. Mula-mula kami
menimbang bobot cawan penguap. Hasil penimbangan yang diperoleh yaitu sebesar
18.140 gr. Selanjutnya kami memasukkan tembaga kedalam cawan penguap lalu
ditimbang hingga diperoleh massanya 28.21 gr. Setelah itu, pada cawan yang
berisi tembaga kami campurkan dengan 10 ml asam nitrat dan ditutup dengangelas
arloji. Setelah semua logam tembaga larut, dipanaskan hingga terbentuk kristal
hitam. Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk Kristal kekuning-kuningan, lalu
ditimbang, bila sudah dinginkan dan didapatlah massanya sebesar 32.182 gr
selama pemanasan logam tembaga bereaksi dengan asam nitrat dengan reaksi :
Cu
+ 2HNO3
Cu(NO3)2 + H2
Dari
data tersebut dapat diperoleh bobot oksida tembaga dengan rumus :
v Bobot
CuO =
(Bobot cawan + CuO) – (Bobot cawan penguap)
=
32.182 gr – 18.140 gr
=
14.042 gr
v Bobot
Cu =
(Bobot cawan + tembaga) – (bobot cawan)
=
28.21 gr – 18.140 gr
=
10.07 gr
v Bobot
C =
(Bobot CuO – bobot Cu)
=
14.042 gr – 10.07 gr
=
3.972 gr
Setelah data yang diperlukan diketahui,
maka kami dapat menghitung rumus empiris CuO :
Perbandingan mol Cu :
O
0.155 :
0.24825
1 :
2
RE
: CuO2
B. Air
hidrat
Dari percobaan ini kami memperoleh data
massa cawan kosong + tutup sebesar 57-58 gr dan massa cawan kosong + tutup +
contoh dipanaskan lalu ditimbang hingga dihasilkan massa nya sebesar 57.5804
gr.
Setelah massa tersebut diketahui, maka
kami dapat menentukan rumus hidratnya dengan menggunakan rumus :
v Massa
contoh setelah pemanasan = data (3) – data (1)
=
57.804 gr – 57.58 gr
=
0.0004 gr
v Massa
air yang hilang dari contoh = massa contoh sebelum pemanasan – massa contoh setelah
pemanasan =
0.0925 gr – 0.0004 gr =
0.0921 gr
v %
air yang hilang dari sampel
% air =
massa air yang hilang x 100 %
=
x
100 %
=
x
100 %
=
99.5 %
Massa molar senyawa hidrat dapat
ditentukan berdasarkan massa atom penyusunnya sehingga Mr CuSO4 =
159.5 gr. Perhitungan terakhir adalah menentukan rumus senyawa empiris tersebut
dan menentukan mol CuSO4 dan mol H2O :
Perbandingan
mol CuSO4 : mol H2O
0.00000250783 :
0.0005186
1 : 2000
CuSO4.2000H2O
C. Refleksi
bolak-balik
Berdasarkan hasil percobaan yang kami
lakukan, warna CuSO4.5H2O sebelum dipanaskan berwarna
biru muda, lalu CuSO4.5H2O setelah dipanaskan dan
terdapat air dalam kaca arloji dan warna nya berubah ketika dipanaskan air
bunsen menjadi pudar dan memutih.
Selanjutnya kami menambahkan H2O
akan membentuk hidrat dan berkurang atau hilangnya H2O akan
membentuk senyawa anhidrat. Persamaan reaksi bolak-balik :
CuSO4.5H2O ↔ CuSO4
+ 5H2O
X.
DISKUSI
A.
Rumus empiris senyawa
Mg dan Cu serta air hidrat
Pada percobaan rumus empiris senyawa
magnesium dan tembaga serta percobaan air hidrat didapat hasil yang tidak akurat (tepat)
dimana percobaan ini kami mendapatkan perhitungan rumus empiris senyawa
magnesium adalah MgO2, senyawa tembaga adalah CuO2 dan
percobaan air hidrat senyawa nya adalah CuSO4.2000H2O,
seharusnya rumus empiris senyawa magnesium yang dapat adalah MgO dan rumus
tembaga CuO karena secara teori kedua unsur nya sama-sama memiliki ion 2.
Sedangkan untuk percobaan air hidrat senyawa yang diperoleh seharusnya CuSO4..5H2O.
Kesalahan ini terjadi disebabkan :
1.
Percobaan yang dilakukan
tidak sesuai prosedur seperti percobaan senyawa tembaga yang dilakukan,
seharusnya senyawa tembaga dipansakan hingga mengkristal, namun kami
memanaskannya tidak sampai mengkristal sehingga berpengaruh pada bobot oksida
tembaganya.
2.
Tidak teliti dalam
menimbang bobot-bobotnya, hal ini disebabkan salah dalam menggunakan alat
timbangannya. Sehingga didapatkan hasil yang tidak akurat.
3.
Kesalahan terjadi oleh
kami dikarenakan lalai dan kurang paham pada prosedur kerja.
B.
Reaksi bolak-balik
hidrasi
Pada percobaan reaksi bolak-balik
hidrasi didapatkan hasil yang sesuai teori dimana CuSO4.5H2O
adalah berwarna biru muda warna masih merupakan senyawa hidrat yang mengandung
air. Saat pemanasan H2O dilepaskan terbukti dengan adanya air pada
kaca arloji sehingga warna contoh setelah pemanasan dan penambahan H2O
warna contohberubah menjadi biru muda dan reaksi ini dinamakan reaksi
bolak-balik hidrasi dengan persamaan reaksi :
CuSO4.5H20
↔ CuSO4 + 5H2O
XI.
PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1.
Bila logam Mg yang
digunakan bobotnya berbeda-beda, apakah rumus empirisnya sma ? Jelaskan !
Jawab :
Ya, karena rumus
empiris senyawa menyatakan jumlah atom terkecil yang terdapat dalam senyawa dan
tidak tergantung pada massa unsur.
2.
Dari data dibawah ini,
hitung rumus empiris senyawa, suatu senyawa sulfat dengan bobot 50 gr
dipanaskan dengan kondisi tertentu, untuk menghasilkan senyawa sulfat dengan
100 gr. Bagaimana RE tersebut ?
Jawab :
Diketahui : Bobot sulfur = 50 gr
Ditanya : RE = …
Dijawab :
Bobot O2 =
x
massa sulfur oksigen
=
x
100 gr
= 50 gr
Perbandingan mol :
S : O
1.5625 : 3.125
1 :
2
Jadi, Rumus
empirisnya adalah SO2
3.
Kenapa dipilih
cawan porselin yang masih baik (utuh) untuk percobaan menentukan rumus hidrat ?
Jawab :
Karena
cawan porselen tersebut tersebut akan digunakan untuk pemanasan, jika tidak
dipilih yang baik, maka akan mempengaruhi zat itu waktu pemanasan (ada zat yang
ikut tertimbang). Selain itu cawan porselen yang masih baik (utuh) dapat
mengurangi kesalahan dalam menimbang untuk menentukan massa, baik sebelum
pemanasan maupun sesudah pemanasan.
4.
Apa yang
dimaksud dengan bobot tetap?
Jawab :
Bobot tetap
adalah bobot yang didapat setelah beberapa kali pemanasan hingga tidak ada lagi
perubahan lagi pada bobotnya.
5.
Apa tujuan
menutup mulut tabung reaksi pada percobaan B? Jelaskan !
Jawab :
Agar air
terkumpul dikaca arloji (tutup) pada saat pemanasan senyawa hidra. Air yang
merupakan bagian struktur kristal hidrat akan menguap atau melepas sehingga
tabung reaksi tersebut ditutup dan juga mengurangi terjadinya kontaminasi
langsung dengan udara.
6.
Mengapa warna
CuSO4 yang biru berubah menjadi putih pada pemanasan?
Jawab :
Karena CuSO4
mengandunghidrat (air), pada saat pemanasan air akan menguap sehingga
warnanya berubah menjadi putih.
7.
Pemanasan harus
dihentikan segera bila warna berubah menjadi cokelat atau hitam. Jelaskan
maksud dan tujuan kalimat terebut.
Jawab :
Karena
kadar air yang tersedia habis, hal ini dapat memicu pembakaran zat dan tidak
ada lagi bobot tetap.
8.
Suatu senyawa
hidrat mempunyai massa 1,632 g sebelum dipanaskan dan 1,008 g setelah
dipanaskan. Hitunglah presentase air secara eksperimen pada hidrat.
Jawab :
Diketahui : Massa sebelum pemanasan = 1,632 g
Massa sesudah pemanasan = 1,008 g
Massa air yang hilang = 1,632 - 1,008 = 0,624 g
Ditanya : % air = …
Dijawab :
% air =
x 100%
=
x 100%
= 38,235%
9.
Tuliskan reaksi
setimbang dari persamaan CuSO4.5H2O
Jawab :
CuSO4.5H2O
à
CuSO4 + 5H2O
XII.
KESIMPULAN
1.
Pada senyawa
hidrat terjadi reaksi bolak balik. Dalam senyawa hidrat penambahan air akan
membentuk senyawa hidrat.
2.
Presentasi air
dalam hidrat yaitu:
% air =
x 100%
3.
Sifat-sifat
senyawa hidrat yaitu:
Ø Membentuk kristal
Ø Mengandung molekul air
Ø Mengalami reaksi bolak-balik
Ø Dapat dipisahkan dengan cara pemanasan
4.
Reaksi
bolak-balik hidrasi adalah reaksi dimana senyawa anhidrat dan air sebagai
reaktan harganya sama besar dengan produk yang dihasilkan yaitu senyawa hidrat
atau sebaliknya
Contoh :
CuSO4.5H2O à CuSO4 + 5H2O
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Bandung: Erlangga
Epinur, dkk. 2013. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar. Jambi: Universitas Jambi
Hiskia, Ahmad. 1986. Buku materi pokok kimia I. Jakarta: Depdikbud
Petrucci, Raip. 1992. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Suwandi. 1995. Rumus Kimia.
Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Write komentar