Welcome to "Belajar Asyik" Blog Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dua nikmat, yang manusia banyak tertipu dengannya : nikmat sehat dan waktu luang" (hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)

Rabu, 19 Oktober 2016

Laporan Praktikum Kimia Dasar - TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS


PERCOBAAN IV
I.                  JUDUL PRAKTIKUM
TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

II.               HARI, TANGGAL
SABTU, 9 NOVEMBER 2013

III.           TUJUAN PERCOBAAN
1.      Mengukur kalor reaksi dengan alat yang sederhana.
2.      Mengumpulkan dan menanalisis data termokimia.
3.      Menerapkan hukum Hess.

IV.           PERTANYAAN PRA PRAKTEK
1.      Berikan pengertian tentang : a) entalpi; b) sistem terisolasi; c) sistem terbuka; d) sistem tertutup; e) lingkungan; f) kalorimeter; g) eksotermik
Jawab:
a.       Entalpi adalah jumlah energi dari semua bentuk energi yang dimiliki zat tersebut yang jumlahnya tidak dapat diukur.
b.      Sistem terisolasi adalah sistem dengan lingkungannya tidak dapat mempertukar baik energi maupun materi.
c.       Sistem terbuka adalah sistem dan lingkungannya dapat saling mempertukarkan energi maupun materi.
d.      Sistem tertutup adalah sistem dimana memungkinkan terjadinya transfer energi (panas) ke lingkungannya, tetapi tidak dapat mentransfer massa.
e.       Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem yang mempengaruhi serta membatasi sistem.
f.       Kalorimeter adalah proses pengukuran kalor reaksi/ mengukur perubahan suhu dari sejumlah air tertentu atas larutan. Sebagai akibat dari suatu reaksi kimia dalam suatu wadah terisolasi.

2.      Apa perbedaan entalpi dengan energi dalam(∆E)?
Jawab:
·         Entalpi adalah jumlah total dari semua bentuk energi yang dimiliki zat tersebut yang jumlahnya tidak dapat diukur , sedangkan
·         Energi dalam adalah keseluruhan jumlah total energi potensial dan energi kinetik zat zat yang terdapat dalam suatu sistem.



V.               LANDASAN TEORI
Termodinamika menjelaskan hubungan antara kalor dengan bentuk-bentuk energi lain. Pengembangannya, yang merupakan pencapaian ilmiah penting dalam abad 19,disebabkan oleh usaha-usaha para fisikawan dan insinyur-insinyur yang ingin mencapai efisiensi tinggi dalam mesin kalor. Minat untuk memperbaiki mesin kalor sekali lagi menjadi penting karena perlunya menggunakan bahan bakar fosil secara efektif. Namun, dalam 75 tahun terakhir , penerapan penting termodinamika adalah dalam bidang kimia. Hukum termodinamika merupakan alat penting untuk mempelajari reaksi kimia. Termokimia yakni pengaruh kalor yang menyertai reaksi kimia. Hukum termodinamika kedua terutama menjadi dasar untuk menurunkan tetapan tetapan kesetimbangan dari sifat sifat termodinamika,dalam hukum termodinamika ketiga akan disingkap titik awal untuk melihat sifat sifat termodinamika secara percobaan(Petrucci.1987:225).

Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi ( padat, cair, atau gas ) selalu bergerak acak dan beraneka ragam. Ada gerak translasi, rotasi, dan ubrasi(bergetar). Disamping itu, dapat terjadi perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Setiap gerakan, dipengaruhi oleh banyak faktor dan dapat berubah bentuk bila saling bertumbukan. Akibatnya, besar energi garakan suatu partikel akan berbeda dengan yang lain. Jumlah total energi semua partikel akan berbeda dengan yang lain. Jumlah total energi semua partikel dalam sistem disebut energi dalam(U). Karena itu, nilai mutlak U tidak dapat dihitung.
Hukum pertama termodinamika membahas perubahan energi yang menyertai peristiwa , dan berguna untuk menghitung kalor yang masuk atau keluar sistem. Dengan persamaan : q = aU – w  . hukum kedua , yang akan dibicarakan membahas perubahan yang spontan dan tidak spontan. Hukum kedua termodinamika berbunyi proses alami menambah entropi atau entropi alam semestah bertambah, dan hukum termodinamika ketiga berbunyi suatu unsur atau senyawa yang murni dalam bentuk kristal sempurna mempunyai entropi nol pada suhu 0°C(Syukri.1999:74).

Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia disebut termodinamika, yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Reaksi kimia termasuk proses isotermal, dan bila dilakukan diudara terbuka maka kalor reaksi qp=∆H . akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan entalpi reaksi   q=∆H=Hhasil reaksi-Hpereaksi . supaya terdapat keseragaman harus ditetapkan keadaan standar, yaitu suhu 25°C dan tekanan 1 Atm. Dengan demikian, perhitungan termodinamika didasarkan pada keadaan standar(Syukri.1999:84).

Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelari perubahan panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia. Banyaknya panas yang timbul atau diperlukan pada reaksi kimia disebut panas reaksi. Panas reaksi pada P tetap sama dengan perubahan entalpinya, dan panas reaksi pada U tetap sama dengan perubahan tenaga dalamnya.
Besarnya pans reaksi tergantung pada jenis reaksi , keadaan fase zat-zat dalam reaksi, jumlah zat yang bereaksi, dan temperatur reaksi. Dalam persamaan termodinamika, jumlah zat-zat dalam reaksi dinyatakan dalam mol sedangkan panasnya dinyatakan dalam Kilokalori(Sukardjo.1990:192).
·      Perubahan entalpi (∆H) dan perubahan energi internal(∆U) dalam reaksi kimia.
Reaksi pada tekanan konstan ∆H dan kalor reaksi pada volume konstan, ∆U dihubungkan melalui persamaan:
∆U=∆H-P∆U
Jika kalor reaksi diukir dibawah kondisi tekanan konstan pada suhu konstan 298 K, didapatkan -566,0 KJ, yang menandakan bahwa energi 566,0 KJ telah meninggalkan sistem sebagai kalor ∆H=-566,0 KJ. Untuk mengevaluasi kerja tekanan – volume
P∆U=P(Vt -Vi)
Kemudian kita dapat menggunakan persamaan gas ideal. Persamaan kinetiknya
P∆V=RT(nf-ni)
nf adalah banyak mol gas pada produk (2 mol CO2) ini adalah banyaknya mol gas padat reaktan (2 mol CO+1 mol O2), jadi
P∆V= 0,0083145 KJ/mol K-1 . 298 K×[2(2+1)] mol
        = -2,5 KJ
Perubahan energi internal adalah
∆U=∆H-P∆V
     =-566,0KJ-(-2,5KJ)
     =-563,5KJ
·      Perubahan entalpi (∆H) yang menyertai perubahan wujud materi .
Ketika cairan bersentuhan dengan atmosfer, molekul yang berenergi pada permukaan cairan dapat mengatasi gaya tarik dengan sesamanya dan masuk kewujud gas atau uap.
·      Penentuan tak langsung ∆H : Hukum Hess kesetimbangan perubahan entalpi
∆H adalah sifat ekstensif
Hukum Hess mengenai penjumlahan kalor konstan(Petrucci.1992:239-244).

G.H.Hess seorang ahli kimia Swiss pada tahun 1840 menyelidiki apakah suatu reaksi kimia ditempuh melalui beberapa jalan akan mempengaruhi panas reaksinya.
Untuk menjawab masalah tersebut Hess melakukan beberapa percobaan. Berikut ini disajikan data dari percobaan menyelidiki panas reaksi pembentukan belerang.
S(P) +11/2O2 →SO3(Q)
Reaksi pembentukan SO3 ini dapat dilakukan melalui beberapa jalan/cara. Dari tiap percobaan akan diselidiki jumlah panas reaksi yang dihasilkannya.    
1.      Cara langsung
S(S) +  3/2O2(g) → SO3(g)                           ∆H=-395,73
2.      Cara tidak langsung
S(S) + O2(g) →SO2(g)                                     ∆H= -296,83
SO2(g) + 1/2 O2(g) → SO3                              ∆H=   -98,9
S(S)  +  3/2O2(g)    → SO3(g)                                    ∆H= -395,73

Secara umum hhhuuukum Hess dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut
A                                                         D
                           ∆H1
 ∆H2                                                                  ∆H3

       B                   ∆H4                     C

    ∆H = ∆H2 + ∆H3 + ∆H4
Untuk reaksi A menjadi D, maka perubahan entalpinya adalah sama dengan jumlah perubahan entalpi tiap tahap reaksinya(Agus.1987:123).

Perubahan entalpi standar (Ho)
Beberapa jenis perubahan entalpi standar, yaitu:
a.       Perubahan entalpi pembentukan standar (Hfo)
Merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsur yang paling stabil pada keadaan satandar.
b.      Perubahan entalpi penguraian standar (Hdo)
Merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.
c.       Perubahan entalpi pembakaran standar (Hoc)
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna. Pembakaran merupakan reaksi suatu zat dengan oksigen, dengan demikian bila suatu zat dibakar sempurna dan zat itu mengandung:
-          C à CO2
-          H à H2O
-          S à SO2 (Susanto.2003:46).
VI.           ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
Ø  Gelas ukur
Ø  Kalorimeter
Ø  Alat pengaduk
Ø  Gelas piala
b.      Bahan
Ø  40 mL air suling
Ø  40 mL HCl 1 M
Ø  40 mL NaOH 1M
Ø  asam asetat 1M
Ø  Natrium Hidroksida 1M
Ø  Natrium Asetat 1M
Ø  Asam Nitrat 1M
Ø  Amonia 1M



VII.        PROSEDUR KERJA
A.    Penentuan tetapan kalorimeter
40 ml air suling
-          Diukur dengan gelas ukur
-          Dituangkan kekalorimeter
Kalorimeter yang sudah dilengkapi termometer & alat pengaduk ditutup
-          Dicatat hasinya
40 ml air suling
-          Diukur lagi dengan gelas ukur
-          Dituangkan kedalam gelas piala kering
-          Dipanaskan 60oc– 70oc
-          Diukur suhu air panas dengan tepat
-          Dipindahkan kekalorimeter dengan cepat
-          Dicatat suhunya setiap 15 detik sambil diaduk
Suhu larutan maksimum dan perlahan-lahan turun, dicatat setiap 1 menit hingga konstan

B.     Penentuan ∆H netralisasi untuk asam-basa
Kalorimeter dikeringkan
40 ml larutan NaOH 1M
-          Diukur dan dimasukkan kekalorimeter
40 ml HCl 1M
-          Diukur dalam gelas piala 150ml
-          Didekatkan didekat kalorimeter
-          Suhu larutan asam dan basa diukur
-          Suhu kedua larutan tidak boleh berselisih 0,5oc, bila berbeda suhu disamakan
-          Bila suhu sudah sama, dimasukkan dengan cepat kedalam kalorimeter
Hasil pengamatan


VIII.    DATA PENGAMATAN
A.    Penentuan tetapan kalorimeter

Ulangan 1
Ulangan 2
Rata - rata
Suhu air panas,°C
Suhu air dingin,°C
Suhu campuran,°C
60°C
28°C
39°C
57°C
26°C
38°C
58,5°C
27°C
38,5°C

B.     Penentuan ∆H netralisasi untuk asam-basa
1.      NaOH + HCl 1M

Ulangan 1
Suhu larutan asam
Suhu larutan basa
Suhu campuran
29,5°C
30°C
39°C

2.      KOH 1M +HNO3 1M

Ulangan 1
Suhu larutan asam       
Suhu larutan basa
Suhu campuran
23°C
23°C
25°C

3.      NH3 1M + HCl 1M

Ulangan 1
Suhu larutan asam
Suhu larutan basa
Suhu campuran
32°C
31°C
31°C

4.      NH3 + HNO3 1M

Ulangan 1
Suhu larutan asam
Suhu larutan basa
Suhu campuran
23°C
23°C
25°C

5.      CH3COOH + NaOH

Ulangan 1
Suhu larutan asam
Suhu larutan basa
Suhu campuran
26°C
30°C
27°C




IX.           PEMBAHASAN
A.    Tetapan kalorimeter
Pada percobaan ini kalorimeter dibersihkan dan dikeringkan. Masukkan 20 mL air suling kedalam kalorimeter, catat bobotnya dan ukur suhunya, kemudian ambil 40 mL air suling dengan gelas ukur, panaskan dan catat bobot air panas. Campurkan air panas dan air dingin kedalam kalorimeter, catat suhunya. Hasil dari percobaan penentuan tetapan kalorimeter, dengan rumus:
                       C.Mp (Tp-Tm)      =   C.Md(Tm-Td) + W(Tm-Td)          
   4,184 J/g°C.20(60°C-39°C)     =   4,184 J/g°C.20(39°C-28°C) + W
                                                         (39°C-28°C)
                4,184 J/g°C (21°C)      =   4,148 J/g°C (11°C) + W (11°C)
                                 87,864 J      =   46,024 J + 11 W
11 W                                           =   87,864 J – 46,024 J
11 W                                           =   41,84
                                           W     =   3,803 J°C
B.     Penentuan ∆H netralisasi untuk asam-basa
Pada percobaan ini kami melakukan pengamatan dari campuran larutan asam basa yang berbeda. Setelah melakukan percobaan sesuai dengan prosedur kerja, maka diperoleh datanya yaitu:
1.      Suhu larutan asam (HCl) 1M             = 29,5°C
Suhu larutan basa (NaOH)                = 30  °C
Suhu campuran                                  = 39 °C
Dan didapatlah:
Qreaksi=C. M. (Tf-Ti) + W (Tf-Ti)
            =4,184.80(30 -29,75)+(39 -29,75).3,80         
              =                                        334,72. (9,25) + 35,17
              =                                        3131,33 J
Qreaksi    =                                        -Qkeliling
-Qkeliling=   3131,33 J
Persamaan reaksi
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Maka ∆H reaksi=              -Qkeliling
                                    Mol yang bereaksi
                               =                        3131,33 J
                                      0,02 mol
                               =                        156566,5J/mol
2.      Suhu larutan asam CH3COOH 1M             : 26°C
Suhu larutan basa NaOH 1M                      : 30°C
Suhu campuran                                            : 27°C
Untuk mendapatkan Qreaksi digunakan rumus:
Qreaksi  =              C . M . (Tf-Ti) + W (Tf-Ti)
              =                                        4,184J/g°C.80gr(27°C-28°C) + (27°C-28°C )
                   . 3,803 J/°C
              =                                        -334,72 J/°C . (-1°C) +(-3,803 J)
              =                                        -338,523 J
-Qsekeliling= Qreaksi
                   =  -338,523 J
Mol yang bereaksi           
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Maka ∆H reaksi     =                              -Qkeliling
                                    Mol yang bereaksi
                               =                        338,523 J
                                      0,02 mol
                               =                        16926,15 J/mol

3.      Suhu larutan asam (NaCH3COO) 1M           : 23°C
Suhu larutan basa (HCl) 1M                          : 23°C
Suhu campuran                                              : 25°C
Untuk mendapatkan Qreaksi digunakan rumus :
Qreaksi  =              C . M . (Tf-Ti) + W (Tf-Ti)
              =                                        4,184J/g°C.80gr(25°C-23°C) + (25°C-23°C )
                   . 3,803 J/°C
              =                                        334,72 J/°C . (2°C) +3,803 J/°C (2°C)
              =                                        677,046 J
Persamaan reaksi
NaCH3COO + HCl → NaCl + CH3COOH
Maka ∆H reaksi     =                              -Qkeliling
                                    Mol yang bereaksi
                               =                        677,046 J
                                      0,02 mol
                               =                        33852,3 J/mol

4.      Suhu larutan asam HNO3 1M                      : 31°C
Suhu larutan basa NaOH 1M                      : 32°C
Suhu campuran                                            : 31°C
Untuk mendapatkan Qreaksi digunakan rumus:
Qreaksi  =              C . M . (Tf-Ti) + W (Tf-Ti)
              =                                        4,184J/g°C.80gr(31°C-31,5°C) + (31°C-31,5°C )
                   . 3,803 J/°C
              =                                        334,72 J/°C . (-0,5°C) +(-1,9015 J)
              =                                        -169,2615 J
-Qsekeliling= Qreaksi
                   =  -169,2615 J
Mol yang bereaksi →        mol =MV
                                                  =1 mol/V . 0,021 V
                                                  =0,021 mol
Persamaan reaksi                     
HNO3 + NaOH → NaNO3 + H2O
Maka ∆H reaksi     =                              -Qkeliling
                                    Mol yang bereaksi
                               =                        -169,2615 J
                                      0,02 mol
                               =                        8403,075 J/mol

5.      Suhu larutan asam HCl 1M                         : 31°C
Suhu larutan basa NH3 1M                          : 27°C
Suhu campuran                                            : 29°C
Untuk mendapatkan Qreaksi digunakan rumus:
Qreaksi  =              C . M . (Tf-Ti) + W (Tf-Ti)
              =                                        4,184J/g°C.80gr(29°C-29°C) + (29°C-29°C )
                   . 3,803 J/°C
              =                                        0 J
Persamaan reaksi                     
HCl + NH3 → NH4Cl
Maka ∆H reaksi     =                              -Qkeliling
                                    Mol yang bereaksi                                        
                                                =          0  J/mol



X.               DISKUSI
A.    PENENTUAN TETAPAN KALORIMETER
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor reaksi. Sedangkan kalor yang diserap oleh kalorimeter disebut tetapan kalorimeter. Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan percobaan pengukuran suhu pada air dingin, air panas, dan campuran air dingin dan panas. Kemudian air tersebut kami masukkan kedalam kalorimeter secara bergantian untuk mengukur suhunya. Setelah mendapat suhu masing-masing, barulah kita bisa menentukan tetapan kalorimeter yang telah dibahas dalam pembahasan. Dari pembahasan didapatkan tetapan kalorimeter (W) 3,803 J/°C.
Kelompok kami telah menetapkan dari hasil percobaan kami bahwa tetapan kalorimeter yaitu 3,803J/°C. Tetapan kalorimeter ini juga digunakan untuk menentukan ∆H netralisasi. Menurut teori ketetapan kalorimeter adalah 0 atau lebih kecil nilainya semakin bagus kalorimeter yang dipakai.
Jadi, percobaan yang kami lakukan mendapat hasil yang lebih besar dari nol. Percobaan ini telah dilakukan sesuai prosedur kerja, hanya saja mungkin terjadi kesalahan alat pada saat praktikum, hal lain bisa juga terjadi pada praktikan sendiri.
B.     PENENTUAN ∆H UNTUK NETRALISASI ASAM BASA
Dari percobaan ini, kami mendapatkan harga ∆H netralisasi dari asam dan basa sebesar:
1.      ∆H netralisasi antara CH3COOH + NaOH    = 16926,15 J/mol
2.      ∆H netralisasi antara NaCH3COOH + HCl    = 33852,3 J/mol
3.      ∆H netralisasi antara HNO3 + NaOH             = 8403,075 J/mol
4.      ∆H netralisasi antara HCl + NaOH                = 156566,5J/mol
5.      ∆H netralisasi antara HCl + NH3                    = 0 J/mol
Jadi, dari percobaan tersebut kami memperoleh ∆H netralisasi yang berbeda antara asam basa masing-masing percobaan.



XI.           PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1.      Untuk reaksi asam-basa dalam prosedur B, berapa OH netralisasi bila anda secara salah menganggap bahwa kalor yang diterima kalorimeter adalah nol? Tunjukan dengan hitungan menggunakan data anda!
Jawab:
Q  = C.M (Tf - Ti) + W (Tf - Ti)
     = 4,184 x 80 (39-29,75) + 3,803 (39-29,75)
     = 334,72 (9,25) + 3,803 (9,25)
     = 3131,34 J
∆H reaksi =
                 =
= 78283,5 J/mol
2.      Apa pengaruhnya terhadap ∆H netralisasi bila reaksi dengan NaOH 1 M ialah HCl dengan konsentrasi lebih dari 1 M?
Jawab:
Tidak berpengaruh, karena ∆H reaksi yang digunakan yaitu mol yang bereaksi adalah mol NaOH yaiti 0,04.
Jadi, ∆H reaksi dengan HCl 1M, ∆H reaksi HCl>1M.
3.      Tunjukan bahwa kalor reaksi dari pasangan berikut:
a.       NaOh + HCl
b.      NaOH +HOAC
c.       HCl + NaOH
Dapat digunakan untuk menggambarkan hukum Hess. Kumpulkan data dari praktikan lain, dan hitunglah ∆H reaksi untuk reaksi (a). Apakah hasilnya cocok dengan angka hasil percobaan?
Jawab:
NaOH + CH3COOH → CH3COONa +H2O         ∆H= 432,3 J
HCl + CH3COONa → NaCl + CH3COOH          ∆H= 397,718 J         
NaOH + HCl           NaCl + H2O                       ∆H= 830,018 J
4.      Simpulkan harga ∆H netralisasi untuk asam dan basa dengan kekuatan yang berbeda-beda!
Jawab:
Semakin kuat asam dan basa yang bereaksi, maka makin besar entalpi (∆H) reaksi tersebut. Hal itu dapat dilihat bahwa reaksi HCl dengan NaOH menghasilkan ∆H reaksi yang paling besar dibandingkan dengan yang lain.



XII.        KESIMPULAN
1.      Dalam mengukur reaksi dapat menggunakan kalorimeter sederhana.
2.      Untuk menentukan tetapan kalorimeter, dibutuhkan data berupa bobot, kalor jenis, dan temperatur zat. Untuk menentukan tetapan kalorimeter berdasarkan asas black, persamaannya adalah:
c.MP.(Tp-Tm) = c.Md(Tm-Td) + W(Tm-Td)
keterangan:
C= Kalor jenis air 4,148 J/g°C
Mp= Bobot air panas
Md= Bobot air dingin
Tp = Suhu air panas
Td = Suhu air dingin
Tm= Suhu campuran
W = Tetapan kalorimeter J/g
3.      Untuk ∆H reaksi digunakan persamaan
∆H reaksi =
Dimana, Qsekeliling  = Qreaksi
                                  =Qlarutan + Qkalorimeter
                                  =C. Mtot (Tf-Ti) + W(Tf-Ti)
4.      Perhitungan kalor reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan:
a.       Hukum Hess
b.      Data entalpi pembentukan standar
c.       Energi reaktan rata-rata



XIII.    DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2009.Kimia Dasar Universitas.Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Raip H. 1992. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Sukardjo. 1990. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Susanto. 2003. Panduan Belajar Sukses SPMBPTN. Yogyakarta: UGM
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB

Tidak ada komentar:
Write komentar